Dalam senyum, air matanya tiba-tiba jatuh. Aku yang sedari tadi belum berbicara sepatahpun bingung dibuatnya. Lalu aku duduk di dekatnya.
Wanita ini beranjak dewasa. Ya, anggap saja begitu. Terkadang aku sendiri tak begitu tahu banyak tentang dirinya.
Lalu ku tanya ia, Kau kenapa?
Kenapa menangis? Aku kan belum bicara apa-apa?!
Tidak. Jawabnya singkat, senyum masih belum pergi dari wajahnya.
Selalu begitu. Setiap ditanya selalu mengelak.
Ya, aku tahu. Dia pernah bilang, lebih mudah untuk tersenyum daripada harus menjelaskan kenapa dia menangis.
Wanita harus kuat. Katanya.
Aku kemudian menerka-nerka, mencari tahu sendiri. Tak ada apa-apa di sekeliling kami. Tapi sebelum aku duduk di dekatnya, ada seorang wanita paruh baya yang melintas di hadapan dia.
Tubuhnya mulai menua, penglihatannya tak sejelas dulu, langkahnya mulai letih menemani puterinya yang tak kunjung dewasa.
Aku kemudian bertanya. Kau melihat siapa pada ibu tadi?
Dalam senyum, air matanya jatuh lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar